METODE DEBAT AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ARTIKEL DALAM MEDIA CETAK ATAU INTERNET


BAB II
METODE DEBAT AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ARTIKEL DALAM MEDIA CETAK ATAU INTERNET

A. Metode Debat Aktif
1. Pengertian Metode Debat Aktif

Membuat pembelajaran yang  menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Metode debat menurut Roestiyah (2008: 148) adalah “Sebuah metode dimana pembicara dari pihak pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka; dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau tidak perlu; dan anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat/pembicara”. Sementara itu, Silberman (2013: 141) mengemukakan bahwa “Metode debat aktif adalah sebuah debat bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri”.

Beberapa pendapat tersebut, maka metode debat aktif merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing berusaha mempengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan. Selain itu metode debat aktif adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dan pihak yang lain saling menyerang.

Melalui pengelompokkan yang heterogen, diharapkan peserta didik mampu bekerja sama dalam kelompok serta dilatih untuk memahami setiap perbedaan yang ada. Debat dapat diartikan pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melalui dialog formal yang terorganisasi. Debat yang biasanya diikuti oleh pihak pendukung dan pihak penyangkal dipimpin oleh seorang pemandu (moderator) serta dibatasi oleh waktu dan aturan main. Kedua belah pihak yang berdebat berusaha meyakinkan lawan debat dan pemirsa/pendengar bahwa usul dan argumennya adalah yang paling baik.

Melalui kegiatan debat yang terorganisir, selain memberikan efek peningkatan kualitas pribadi, debat juga mampu menstimulus dan memberikan pengaruh orang lain bahkan masyarakat yang lebih luas.  Strategi pembelajaran  dalam bentuk debat dilakukan dengan memberikan suatu isu yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan terjadi pendapat-pendapat yang berbeda dari siswa/siswa. Dalam mengemukakan pendapat siswa dituntut untuk menggunakan argumentasi yang kuat yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus dapat mengarahkan debat ini pada inti materi pelajaran yang ingin dicapai pemahamannya.

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Metode Debat merupakan sebuah metode pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu menyampaikan pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik masalah yang telah ditentukan. Anggota kelompok juga dapat bertanya kepada peserta debat/pembicara. Menurut Dananjaya (2012:120) Metode ini biasa digunakan ketika:
a. Jika hasil pembicaraan perlu diasah.
b. Untuk membangkitkan analisa.
c. Untuk menyampaikan pendapat yang berbeda-beda.
d. Jika anggota bersedia untuk mendengar kedua segi permasalahan.
e. Jika kelompok itu besar.

Metode debat aktif (active debate) menurut Hisyam Zaini (2014: 150) adalah “Cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran berbicara dengan cara menyajikan tema kontroversi yang menarik untuk diperdebatkan”. Siswa dalam hal ini saling mengungkapkan argumentasi untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut Pro, (pendukung atau afirmatif)  dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau Kontra (negatif).

Metode debat aktif dapat mendukung siswa untuk  berani mengomentari, menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkan (Hisyam Zaini, 2014: 150). Dalam penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari prosedur debat konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Selain itu, formasi duduk siswa dikondisikan seperti setengah lingkaran yang di tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan kontra yang ditemani oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi kelompok pro dan kontra. Dalam pembelajaran, penggunaan teknik debat aktif yang lebih mengarah pada prosedur debat kompetitif yaitu debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan atau format yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Pemenang debat adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik. Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen.

Penggunaan teknik debat aktif dalam pembelajaran tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan (Roestiyah (2008: 149). Namun, lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam berbicara, dalam hal ini kemampuan siswa yang diarahkan meliputi kemampuan untuk berargumentasi, mendengarkan pendapat yang berbeda, menyanggah, dan menyampaikan kritik. Siswa juga dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.

2. Tujuan Metode Pembelajaran Debat Aktif
Tujuan metode debat aktif dalam pembelajaran menurut Silberman (2013: 141-142) “yaitu membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif”. Metode pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari metode-metode diskusi terbuka yang terjadi di kalangan siswa.  Sementara itu menurut Roestiyah (2008: 148) metode debat bertujuan untuk membangkitkan analisis; siswa perlu dilatih untuk menganalisis sesuatu masalah; untuk mencari kemungkinan jalan keluar dari masalah yang dihadapi”.

Beberapa pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa, tujuan metode debat aktif adalah untuk membuat pembelajaran yang menarik serta berguna untuk membangkitkan kemampuan analisis siswa dan mencari kemungkinan-kemungkinan jalan keluar terhadap masalah yang terjadi.

3. Langkah-langkah Metode Debat Aktif
Langkah-langkah metode debat aktif menurut Silberman (2013: 141-142) yaitu:
a. Kembangkanlah sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan materi perkuliahan 
b. Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan kelompok lainnya yang “kontra”.
c. Buat dua sampai empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok debat. 
d. Siapkan dua sampai empat kursi untuk para jurubicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama untuk kelompok yang “kontra”. 
e. Setiap sub-kelompok untuk mempersiapkan argument mengkaunter argument pembuka dari kelompok lawan. 
f. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberikan kaunter argument.
g. Pada saat yang tepat akhiri debat 
Langkah-langkah metode debat tersebut harus diterapkan dalam proses belajar mengajar, agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis artikel yang memiliki masalah pro dan kontral serta dapat mengemukakan pendapat mereka di depan kelas.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Debat Aktif
Adapun kelebihan dan kelemahan metode debat aktif dalam pembelajaran adalah:
a. Kelebihan
Bila kita teliti penggunaan metode penyajian dengan debat aktif, memang memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat dirumuskan seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah (2008: 148-149) yaitu sebagai berikut: 
1) Dengan perdebatan yang sengit akan mempertanjam hasil pembicaraan.
2) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang mendebat/menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil yang lebih tepat mengenai sesuatu masalah. 
3) Siswa dapat terangsang untuk menganalisa masalah di daam kelompok, asal terpimpin sehingga analisa itu terarah pada pokok permasalahan yang dikehendaki bersama. 
4) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua siswa masalah; kemudian diteliti fakta mana yang benar/valid dan bisa dipertanggungjawabkan. 
5) Karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah maka akan membankitkan daya tarik untuk turut berbicara; turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat. 
6) Bila masalah yang diperdebatkan menarik, maka pembicaraan itu mampu mempertahankan minat anak untuk terus mengikuti perdebatan itu. 
7) Untungnya pula metode ini dapat dipergunakan pada kelompok besar. 

Sementara itu, kelebihan dari penggunaan metode debat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas menurut Dananjaya (2012: 90) adalah sebagai berikut :
1) Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2) Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

b. Kelemahan 
Pelaksanaan metode debat ini kita juga menemukan sedikit kelemahan, hal mana bila dapat diatasi, guru akan mampu menggunakan metode ini dengan baik. Kelemahan metode debat aktif menurut Roestiyah (2008: 149), yaitu: 
1) Di dalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan untuk menang mungkin terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang lain. 
2) Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat.
3) Dengan metode berdebat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalau diikuti dengan diskusi.
4) Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai. 
5) Agar bisa dilaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya. 

Kelemahan dari penggunaan metode debat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas Dananjaya (2012: 90) adalah sebagai berikut :
1) Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2) Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3) Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.

B. Hasil Belajar Siswa 
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apakah suatu program pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari jerih payah siswa itu sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki. Hasil belajar menurut para ahli, diantaranya yaitu Sudjana (2016: 22) mengatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Arifin (2010: 303) “Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya, terampil dalam menggerjakan tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran”.

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah pencapaian  kemampuan yang dimiliki oleh siswa selama proses belajar-mengajar baik dalam perubahan tingkah laku maupun dalam ketuntasan belajarnya.

2. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Hasil belajar seperti yang dikemukan oleh Bloom (Iskandar, 2012: 170-178) dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah hasil belajar tersebut dapat dijelaskan seperti di bawah ini: 
a. Ranah Kognitif (Pemahaman)
Tujuan ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menentukan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun penjelasan masing-masing ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan dengan asfek belajar yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut: 
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan di sini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah pernah dipelajari, diterima sebelumnya dan dingat kembali. Misalnya: metode, kaidah, fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman di sini dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi mata pelajaran yang telah dipelajai, diketahui. Kemampuan ini dinyatakan dengan menguraikan pokok yang telah dipelajai dengan kata-kata sendiri, siswa diharapkan dapat didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam hal-hal, sepeti atuan, metode, konsep, teori, prinsip dan lain sebagainya. Misalnya penerapan suatu konsep yang dalam situasi yang baru, penerapan aturan baru yang telah ditetapkan, mendemonstrasikan penggunaan metode, prosedur yang benar.
4) Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan, membedakan, dan memilah dalam bagian-bagian atau komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesi atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sehingga struktur-strukturnya dapat dipahami. Misalnya, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi bagian-bagian, membedakan fakta dan kesimpulan atau teori dengan praktik.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam meletakkan, mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan dalam bentuk keseluruhan sehingga tercipta bentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Hasil belajar pada klasifikasi sentesis ini merupakan penekanan pada kreativitas dengan penekanan kepada rumusan pola-pola baru atau struktur sehingga terbentuk suatu yang utuh atau menyeluruh. Misalnya, perencanaan suatu kegiatan belajar mengajar atau kegiatan sosial.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan level tertinggi dalam hierarki kognitif, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi. Ini meliputi kriteri internal dan eksternal. Misalnya, penggunaan narkoba berdasarkan ilmu kesehatan.

b. Ranah Apektif
Ranah afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut sebagai minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai serta kecendrungan emosi. (Hamdani, 2010: 150)
Kompetensi rendah afektif di dalam kegiatan pembelajaran sangat penting dikembangkan, baik kompetensi afektif guru (pendidik) maupun afektif siswa (peserta didik). Ranah afektif merupakan objek yang sangat dominan diperhatikan, bahkan afektif sering dijadikan sebagai objek penelitian dan pembahasan dalam bidang psikolgi pendidikan, yaitu masalah fenomena sikap, tingkah laku, perasaan, motivasi, yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Ranah afektif seperti yang dikemukakan oleh Hamdani (2010: 150) dapat diuraikan seperti dibawah ini: 
1) Sikap penerimaan (receiving)
Sikap penerimaan merupakan proses pembentukan sikap dan prilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus) tertentu. Sikap penerimaan (receiving) dalam proses pembelajaran berhubungan dengan sikap atau perilaku membangkitkan, meningkatkan, dan mengarahkan perhatian siswa (peserta didik). Misalnya belajar.
2) Responsif (responding)
Responsif atau tanggapan (responding) merupakan reaksi aktif dari siswa (peserta didik) dan guru (pendidik) untuk berpartisipasi. Responsif atau tanggap dalam proses pembelajaran dapat ditunjukkan bahwa siswa tidak saja memperhatikan tetapi secara aktif memberikan (respon) reaksi gejala tertentu dengan cara tertentu.
3) Penilaian (valuing)
Penilaian merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif. Misalnya, menghargai peranan teori dalam penelitian, memberi perhatian terhadap orang yang membutuhkan bantuan, menunjukkan komitmen atau kesungguhan terhadap pentingnya belajar.
4) Organisasi (organization)
Organisasi merupakan kemampuan siswa mengkonseptualisasi perbedaan nilai-nilai dan menyelesaikan konflik serta menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut. Di sini ditekankan pada membandingkan, menghubungkan, mengidentifikasikan, menjenaralisasikan dan menyentesiskan kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan. Maka organisasi di sini adalah melaksanakan kepentingan masyarakat (organisasi) di atas kepentingan pribadi atau siswa dihadapkan untuk mengorganisasikan apa yang mereka pilih dan apa yang mereka sukai.
5) Pembentukan Karakter (characterization)
Pembentukan karakter merupakan kemampuan seseorang untuk mnyikapi dan menghayati nilai-nilai yang mempengaruhi kepribadian, sehingga nilai-nilai tersebut dapat menjadi acuan, pedoman, dan panduan dalam kehidupan. Konsep ini dapat ditetapkan dalam proses pembelajaran, seperti; menyakini suatu konsep yang memiliki dasar ilmiah yang kuat, konsisten dan kerja keras dalam belajar.

c. Ranah Psikomotor (psychomotor domain)
Ranah psikomotor dalam proses pembelajarn berorientasi kepada keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak (action)  siswa (peserta didik) terhadap suatu materi yang ingin dipraktikkan. Perlu untuk diketahui dan ini menjadi pekerjaan rumah terutama bagi guru dan dosen, bagaimana mengoperasionalkan tujuan instruksional yang berhubungan dengan ranah psikomotor umumnya belum dapat diterima secara meluas seperti kawasan kognitif dan kawasan afektif. Adapun dimensi-dimensi rana psikomotor menurut Iskandar (2012: 170-178), sebagai berikut:
1) Persepsi (perception)
Persepsi merupakan kemampuan siswa untuk membuat pilihan diantara dua stimulus/perangsang berdasarkan perbedaan fisik yang khusus pada masing-masing stimulus.
2) Kesiapan (set)
Kesiapan di sini, berarti bahwa siswa dituntut untuk mampu menempatkan atau menyiapkan diri apabila memulai serangkaian gerakan. Ini menyangkut dibutuhkan konsentarasi penuh siswa dalam memulai proses pembelajaran dengan menyesuaikan gerakannya.
3) Gerakan tubuh secara umum (body movenment in general)
Gerakan tubuh secara umum merupakan kemampuan siswa menampilkan atau mendemonstrasikan keterampilan dan keahliannya dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik atau demonstrasi penampilan.
4) Gerakan terbimbing (guided movement)
Gerakan terbimbing merupakan kemampuan siswa melakukan suatu gerak-gerik sesuai dengan dengan yang dibimbing atau dituntun oleh guru atau yang lainnya, sesuai dengan tujuan dan petunjuk yang berlaku.
5) Kemahiran Komunikasi Verbal 
Kecakapan komunikasi verbal siswa merupakan kecakapan dalam berargumentasi, berpendapat, atau berspikulasi dalam proses pembelajaran, hal ini berhubungan dengan mimik atau cara mengucapkan, ekspresi muka dan penampilan.
6) Kemahiran Komunikasi Nonverbal
Kemahiran komunikasi nonverbal merupakan kemampuan sisa untuk menyampaikan pesan (message) kepada guru maupun rekan-rekan siswa lainnya dengan menggunakan bahaasa isyarat, misalnya: isyarat dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.

3. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar
Tes digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Banyaknya alat instrument yang digunakan dalam kegiatan evaluasi salah satunya adalah tes. Menurut Jihad dan Haris (2010: 67) mengatakan, “Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Menurut Sudjana (2016: 35) “Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Menurut Gronlund (dalam Sukardi, 2012: 108) menyebutkan, “The construction of good test item is an art. The skill it requires, however, are the same as those found in effective teaching”. Yang artinya penyusunan item test yang baik pada prinsipnya adalah seni.

Banyaknya alat instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi salah satunya adalah tes. Menurut Arifin (2010: 118) menyebutkan “Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”.

Beberapa pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa tes adalah suatu teknik atau cara yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik, berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab baik secara lisan maupun tulisan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan. Adapun macam-macam bentuk tes yang sering yang sering digunakan antara lain:
a. Tes Subjektif
Tes subjektif pada umumnya berbentuk essay (uraian). Menurut Arikunto (2006: 162) “Tes bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata”. Sedangkan menurut Sudjana (2016: 35) menyebutkan “Secara umum tes uraian  adalah pertanyaan-pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan mengggunakan kata-kata dan bahasa sendiri”.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tes essay (uraian) adalah pertanyaan- pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan menguraikan gagasan pemikiranya dalam bentuk tulisan. Bentuk tes uraian dapat dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas. Adapun penjelasannya sebagai beerikut:
1) Tes uraian bebas
Tes uraian bebas artinya tes yang diberikan keapada peserta didik dan jawabannya bebas menguraikan gagasan sesuai dengan kemampuan. Menurut Arifin  (2010: 125) “Dalam uraian bebas peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya”. Sedangkan menurut Sudjana (2016: 37) “Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri”. 
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa uraian bebas adalah dalam menjawab pertanyaan peserta didik bebas menguraikan gagasan maupun pendapatnya sesuai dengan kemampuannya.
2) Tes uraian terbatas 
Tes uraian terbatas maksudnya adalah perserta didik menjawab tes sesuai dengan materi pembahasan. Menurut Arifin (2010: 125) “Dalam uraian terbatas peserta didik harus menemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Sedangkan menurut Sudjana (2016: 37) “ Dalam uraian terbatas,  pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. 
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa uraian terbatas dimana peserta didik dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan ruang lingkup batasan dalam pertanyaan tersebut.
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang memerlukan satu jawaban yang tepat dari pilihan yang telah ditentukan. Menurut Arikunto (2006 :164) “Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif”. Sedangkan menurut Sudjana (2016:  44) “Bentuk objektif digunakan dalam menilai hasil belajar disebabkan luasnya bahan pelajaran yang dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan”
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah tes yang memerlukan satu jawaban yang tepat dari beberapa alternatif jawaban yang ada.
Soal-soal bentuk objektif ini dikenal beberapa bentuk yakni jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Adapun penjelasan sebagai berikut:
1) Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar salah
2) Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar salah adalah soal yang dibuat dalam bentuk pernyataan benar atau salah. Sudjana (2016: 45) “Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 165) “Tes benar salah soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement) ada yang benar dan ada yang salah”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk soal benar salah adalah pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang ada benar dan pernyataan yang salah.
3) Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan adalah bentuk soal yang memerlukan jawaban dengan cara menjodohkan soal dan jawaban. Menurut  Cross (Sukardi, 2012: 123) menyebutkan, “Maching test items are appropriate for identifying the relationship the relationship things”. Yang artinya item test menjodohkan adalah tepat untuk mengindentifikasikan hubungan antar sesuatu. Sudjana (2016: 47) “Bentuk soal menjodohkan  terdiri dari dua kelompok yang berada dalam satu kesatuan, kelompok sebelah kiri merupakan bagian-bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya”. 
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk soal menjodohkan adalah mencocokan pertanyaan dan jawaban yang disediakan, untuk tiap satu pertanyaan ada satu jawaban.
4) Bentuk soal pilihan ganda
Bentuk soal pilihan ganda adalah tes yang dibuat dengan beberapa pilihan jawatan yang memiliki pengecoh jawaban. Sudjana (2016: 48) “Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 168) “Soal pilihan ganda kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bawah tes pilihan ganda merupakan tes yang dibuat dengan beberapa jawaban pengecoh dan hanya mempunyai satu jawaban yang paling tepat.

4. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, seorang guru tidak akan terlepas dari kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengajaran. Untuk itu penilaian hasil belajar mempunyai fungsi dan tujuan yaitu:
a. Fungsi penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar memiliki berbagai fungsi. Menurut Jihad dan Haris (2010: 56) “Penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2016: 3), mengatakan, “Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses”. Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai:
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tesebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
berdasarkan pendapat tersebut, dapat di simpulkan bahwa fungsi penilaian hasil belajar adalah sebagai pemantau kinerja serta umpan balik perbaikan dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksionalnya.
b. Tujuan penilaian hasil belajar
Tujuan penilaian hasil belajar salah satunya adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa. Menurut Sudjana (2016: 4) mengatakan tujuan penilain adalah:
1) Mendiskrifsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat di ketahui kelebihan atau kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran 
3) disekolah, yakni seberapa jauh keefektifanya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.
4) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
5) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak-pihak sekolah kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan orang tua.

Menurut Jihad dan Haris (2010: 53) “Tujuan penilaian  adalah untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan, pengajaran, atau pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum”. Sedangkan menurut Arifin ( 2010: 15) adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan;
2) Untuk mengetahui kecakapan, motifasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran;
3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan;
4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan;
5) Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu;
6) Untuk menentukan kenaikan kelas;
7) Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (Sudjana, 2016: 27) yang termasuk “Faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran)”. Djiwandono, (2006:217) mengemukakan “Tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan. 
Dibawah ini dapat diuraikan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu sebagai berikut : 
a. Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang datang dari dalam diri siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Menurut Clark yang dikutip oleh Sudjana (2008: 39) ”mengatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % oleh lingkungan”. Pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang wajar sebab hakikat perbuatan belajar menurut Sudjana (2008: 40) adalah ”perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya”. Dengan demikian seorang siswa harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.
b. Faktor dari luar diri siswa 
Faktor yang berada di luar diri siswa dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya. Menurut Caroll yang dikutip Sudjana (2008 :40) berpendapat bahwa: ”Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni(a). Bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) Kualitas pengajaran dan (e) Kemampuan individu”. Maka tinggi kualitas pengajaran dan kemampuan yang ada pada siswa, maka tinggi pula hasil belajar siswa.
Djiwandono (2006:217) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan. Menurut Caroll yang dikutip Sudjana (2008 :40) berpendapat bahwa: ”Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni(a). Bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) Kualitas pengajaran dan (e) Kemampuan individu”.
Beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajara salah satunya menyangkut pemilihan model pembelajaran  oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini salah satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif bentuk struktural. Model Pembelajaran Kooperatif bentuk structural dimaksudkan mampu untuk memperbaiki sistem pengajaran yang dilakukan oleh guru selama ini, dengan Model Pembelajaran Kooperatif bentuk struktural  ini juga guru mampu untuk menerapkannya dan memaknainya dengan baik, sehingga hasil dalam proses belajar mengajar menjadi baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

C. Materi Artikel dalam Media Cetak atau Internet
1. Pengertian Artikel 
Secara umum artikel di artikan sebagai karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Artikel disebut juga dengan karya tulis yang berisi pendapat seseorang mengenai suatu permasalahan atau topik yang bersifat aktual, informatif dan terkadang kontroversial. 
Banyak sekali jenis – jenis artikel yang sering kita lihat di luar sana. Namun, yang akan kita bahas kali ini adalah artikel ilmiah. Artikel ilimah adalah karya tulis yang disusun dengan mengikuti tata cara ilimah atau pedoman penyusunan artikel ilmiah yang telah ditentuan. Artikel ini didasari oleh hasil penelitian, hasil kajian, atau hasil pembahasan. Sepintas artikel ilimiah hampir sama dengan makalah. Menurut KBBI (2016: 45) “Artikel merupakan karya tulis secara lengkap, seperti esai pada majalah atau laporan surat kabar, dan lain sebagainya”. Sedangkan menurut Sumandiria (2015: 23) “Artikel ialah karya tulis lepas yang isinya berupa opini yang membahas tentang masalah yang sifatnya aktual dan biasanya bersifat kontroversial dengan tujuan menghibur, memberitahu, mempengaruhi, dan meyakinkan para pembaca”. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa Artikel adalah karya tulis yang ditulis oleh masing-masing disiplin ilmu serta setiap pembahasan tersebut dikaji dan juga diselesaikan dengan tuntas, jelas, serta lugas sehingga pembaca dapat mengambil inti sari dari karya tulis tersebut. Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

2. Ciri-Ciri Artikel 
Berikut ciri-ciri artikel menurut Dalman (2014: 76), antara lain  :
a. Mempunyai isi yang bersumber pada fakta serta bukan hanya sekedar realita.
b. Artikel berisi karya tulis yang padat, tuntas, singkat, dan jelas.
c. Merupakan hasil tulisan yang original.
d. Bersifat faktual dengan mengungkapkan dengan berbagai data yang diketahui oleh penulis artikel tersebut.
e. Isi karangannya sesuai dengan fakta yang diperoleh dari objek atau narasumber, jadi bukan hanya merupakan hasil pemikiran dari penulis.
f. Isi artikel tersebut dapat berupa pemaparan tentang biografi seorang tokoh, suatu peristiwa, hasil riset, dan lain sebagainya.
g. Artikel merupakan sebuah gagasan yang menyangkut tentang kebutuhan para pembaca.

Itulah ciri-ciri artikel. Banyak pengertian artikel yang pada buku-buku atau situs web. Menurut Ichtiar Baru menyatakan pengertian artikel merupakan suatu karangan prosa dalam media massa serta membahas mengenai pokok masalah secara singkat, lugas, jelas, dan faktual. Kalimat yang ada dalam suatu artikel disusun secara rapi serta memakai berbagai kata yang hemat. Pengertian artikel yang telah dikemukakan Ichtiar Baru yang akhirnya menjadi sebuah patokan dalam penulisan karya tulis yang berbentuk seperti artikel.  Dalam menulis karya tulis artikel dapat dilakukan oleh siapapun.
 Seiring dengan perkembangan zaman, pada saat ini sudah banyak individu yang dapat menulis artikel di berbagai media online seperti blog. Pengertian artikel adalah tulisan yang memiliki ide serta opini seseorang yang mencakup masalah tertentu serta mempunyai sifat yang aktual atau kontroversial.

3. Jenis-Jenis Artikel
Artikel diperuntukkan untuk masyarakat dengan cara melalui sebuah media, baik itu media online, cetak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, adanya pemilihan kata, dan bahasa harus menggunakan bahasa secara umum agar dapat dimengerti, serta topik kajiannya memiliki isi tentang ilmu tertentu atau mengenai masalah yang marak dibicarakan. Artikel terdiri atas pendahuluan, isi dan penutup. Sistematika dari 3 unsur tersebut bersifat baku serta tidak diatur seperti halnya pada buku, skripsi, dan lain sebagainya. Selain itu, sistematika dari penulisan artikel tidak ditandai dengan adanya bagian-bagian bab. Perbedaannya hanya ditandai dengan adanya peralihan paragraf. 
Terdapat beberapa jenis-jenis artikel yang sebaiknya terlebih dulu dipelajari serta dipahami jenis artkel tersebut. Jenis-jenis artikel menurut Dalman (2014: 76) terbagi menjadi 5 macam, yaitu artike deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Berikut jenis-jenis artikel tersebut dapat diuraikan seperti di bawah ini: 
a. Artikel Deskripsi
Artikel deskripsi adalah karangan yang bertujuan untuk menulis gambaran suatu fakta sehingga pembaca dapat membayangkannya di dalam benak. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel gambar. Cara Penulisan Artikel Deskripsi
1) Tentukan objek, baik berupa keadaan atau konsep yang mau dideskripsikan
2) Tentukan juga tujuan penulisan (tersirat).
3) Tentukan rumusan ide pokok (tersirat).
4) Kembangkan tulisan menjadi urut-urutan. Apakah berdasarkan urutan waktu: pagi-siang-sore; atau urutan jam 1, jam 2, jam 3; atau urutan tahun: tahun 2000, tahun 2003, tahun 2005; atau menggunakan urutan tempat: dari pinggir ke tengah; dari pangkal ke ujung; atau kita ingin memakai urutan kepentingan: dari yang paling penting, penting ke yang kurang penting.
5) Tutup dengan paragraf yang menyimpulkan obyek yang dideskripsikan.
b. Artikel Narasi
Artikel jenis ini ditujukan untuk menceritakan suatu keadaan atau situasi, baik berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Saya lebih suka menamainya sebagaiartikel cerita. Dalam artikel narasi harus ada penokohannya, seperti dalam cerita pada umumnya. Sang tokoh digambarkan sebagai sosok yang bergulat dengan masalah kehidupan dan berusaha memenangkan pergulatan tersebut. Adanya konflik kehidupan membuat tulisan jenis ini menarik minat baca. Sebab bila tidak ada konflik, maka sebuah narasi akan menjadi hambar. Cara penulisan artikel narasi
1) Tentukan tema.
2) Tentukan tujuan (tersirat).
3) Tentukan rumusan ide pokok (tersirat).
4) Kembangkan tulisan dengan membuat alur cerita: awal-tengah-akhir. Bagian awal buatlah pembukaan yang menarik; Bagian tengah gambarkan pergulatan hidup sang tokoh sampai pada puncak konflik alias klimaks;
5) Setelah itu, buatlah anti klimaks sebagai penutup.
c. Artikel Eksposisi
Artikel jenis ini merupakan karangan yang bertujuan untuk menguraikan suatu topik. Dapat berupa uraian tentang definisi, fungsi, bagian dan kegunaan suatu konsep. Dapat juga berupa langkah, cara atau proses mengerjakan sesuatu. Saya lebih suka menyebutnya sebagai artikel penjabaran. Cara Penulisan Artikel Eksposisi
1) Tentukan tema.
2) Tentukan tujuan (tersurat).
3) Tentukan rumusan ide pokok (tersurat).
4) Kembangkan tulisan sesuai tujuan. Bila karangan ditujukan untuk menjelaskanpengertian, maka kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan definisi atau proses. Bila anda ingin menjelaskan cara, buatlah tahapan-tahapan dari awal sampai akhir secara sistematis. Bila anda ingin menjelaskan kegunaan, buatlah kegunaannya satu persatu.
5) Berikan kesimpulan
d. Artikel Argumentasi
Artikel ini berupa karangan adu argumen. Penulisannya dilatarbelakangi oleh kritik terhadap suatu pendapat. Penulis biasanya akan memasukkan opini pribadi kedalam tulisan, tentu dengan data atau fakta yang mendukung, sehingga pendapatnya bisa menarik dukungan dari pembaca. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel pendapat.
Cara Penulisan Artikel Argumentasi
1) Tentukan tema.
2) Tentukan tujuan (tersurat).
3) Tentukan rumusan ide pokok (tersurat).
4) Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk menguatkan pendapat sendiri dan juga dapat melemahkan pendapat orang lain.
5) Berikan kesimpulan
e. Artikel Persuasi
Artikel jenis ini terkenal juga dengan arikel motivasi. Sebab penulisannya bersifat membujuk alias persuasif. Efeknya dapat menggerakkan pembaca untuk melakukan atau mengikuti sesuatu. Saya lebih suka menjulukinya sebagai artikel bujukan. Cara Penulisan Artikel Persuasi
1) Tentukan tema.
2) Tentukan tujuan (tersurat).
3) Tentukan rumusan ide pokok (tersurat).
4) Kembangkan karangan dengan menyajikan data dan fakta untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat menggerakkan pembaca untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan.
5) Berikan kesimpulan

4. Langkah-langkah Menulis Artikel 
Secara garis besar, langkah-langkah menulis artikel dapat kita bagi menjadi 5 poin penting berikut ini:
a. Tentukan Tema. Tema haruslah spesifik. Semakin spesifik semakin menarik minat baca.
b. Tetapkan Tujuan penulisan. Kebanyakan artikel, apalagi dalam artikel jenis deskripsi dan narasi, tidak menyatakan tujuan penulisan secara tersurat, melainkan tersirat.
c. Rumuskan ide pokok atau masalah. Biasanya perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Hanya saja dalam penulisan artikel deskripsi dan narasi, rumusan masalahnya tidak tersurat tapi tersembunyi dibalik alur tulisan (Nanti saya jelaskan dengan contoh di bawah).
d. Kembangkan tema dan pembahasan sesuai dengan jenis artikel (Penjabaran lebih lanjut saya uraikan dibawah)
e. Buatlah kesimpulan. Kesimpulan bikinnya mudah. Anda bisa membuatnya dengan baik bila logika atau alur artikel anda benar.

5. Menyampaikan Topik Artikel
Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada umumnya dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendiddikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi, kesustraan, dan hukum.
Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi. Karangan yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk  tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta, analisis fakta, dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semua ini merupakan argumentasi yang digunakan oleh pengaran untuk meyakinkan pembaca.
Setiap artikel memiliki topik. Topik merupakan masalah yang dibahas dalam artikel. Selain topik, artikel memiliki pokok pikiran. Pokok pikiran merupakan hal-hal penting yang terdapat dalam artikel. Isi artikel dapat dipahami jika pokok pikiran dan jalinan hubungan antara semua pokok antara semua pokok pikiran telah anda pahami. Oleh karena itu, bacalah artikel untuk mendapatkan pokok pikiran tiap paragraf.

6. Memberi persetujuan terhadap artikel yang terdapat dalam media
a. Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya.
Pokok-pokok informasi adalah persoalan pokok atau intisari yang terdapat dalam sebuah bacaan. Pokok-pokok informasi ini dijadikan dasar penulisan sebuah karya apa pun bentuknya. Pokok-pokok informasi yang dicatat ada yang berbeda sumbernya, kendatipun membicarakan masalah yang sama. Hal ini justru berguna untuk memperkuat argumen kita dalam menulis. Ciri-ciri pokok informasi adalah :nMenjadi dasar penyusunan paragraf, Menjiwai keseluruhan kalimat dalam paragraf, dan Dijelaskan oleh kalimat-kalimat yang lainnya dalam paragraf.
b. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.) 
Menilik definisi artikel yang sedemikian luas, maka sudah barang tentu akan ada banyak topik yang dapat diangkat sebagai dasar tulisan sebuah artikel. Kita dapat mengambil permasalahan apa saja untuk bahan tulisan. Berbagai persoalan yang ada di sekitar kita dapat kita angkat sebagai salah satu topik tulisan. Kita dapat mencermati segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Mulai dari hal-hal yang dekat dengan kita atau bahkan yang ada dalam diri sendiri. 
Merumuskan pokok persoalan yang sedang menjadi perdebatan umum ke dalam sebuah artikel pada dasarnya menulis topik karangan. Langkah-langkah untuk menghasilkan tulisan artikel, juga sama dengan langkah-langkah menulis karangan pada umumnya. Langkah pertama adalah menentukan topik. Topik adalah pokok pikiran atau dasar pembicaraan yang menjiwai atau menjadi permasalahan dalam suatu karangan. 
Kiat yang paling jitu untuk itu adalah membangkitkan kemauan kita sendiri. Jika kita ingin merumuskan persoalan yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, lebih-lebih menulisnya dalam bentuk artikel kita harus memiliki bekal dan semangat untuk mendapatkan bahan yang ditulis. Apabila kita ingin menulis masalah kenakalan remaja yang lagi hangat di masyarakat, maka cermatilah keadaan remaja di sekitar kita, sebagai literatur bacalah buku-buku yang bertemakan remaja, atau hubungi nara sumber yang mengetahui persoalan remaja, bahkan galilah informasi dari remaja itu sendiri. Remaja sebagai sumber utama perolehan informasi ini sangat strategis dan penting kedudukannya. 
Berbagai isu yang muncul, menelusuri siapa yang memunculkan, kapan isu itu muncul, dan peristiwa apa yang melatarbelakangi kemunculannya adalah sebuah jalinan persoalan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bekal kita untuk menjawab itu adalah daya kritis kita yang dapat merespon segala rangsangan yang ada dan kemampuan menggali informasi baik yang tersaji secara lisan maupun tulisan. 
Koran, majalah, berbagai media elektronik termasuk di dalamnya televisi dan internet adalah gudang informasi yang menyediakan apa pun yang kita butuhkan. Kita harus memiliki kiat dan jurus jitu untuk mendapatkan bahan tulisan tersebut.
c. Memberikan persetujuan/dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)
Sebuah tulisan, termasuk artikel, dapat menimbulkan pendapat setuju atau tidak setuju pada kalangan pembaca. Seringkali sebuah tulisan mampu membentuk sebuah opini yang kuat di kalangan masyarakat pembacanya. Masing-masing pendapat tersebut memiliki alasan dan latar belakang yang kuat dan tidak jarang didukung oleh data otentik baik berupa data kualitatif lebih-lebih data kuantitatif.
Persetujuan atau pertentangan terhadap pendapat adalah sah-sah saja dalam kerangka berpikir ilmiah di kalangan masyarakat ilmiah sepanjang disampaikan secara bijak, santun, dan ilmiah. Persetujuan terhadap sebuah pendapat hendaknya diikuti oleh alasan untuk memperkuat pendapat tersebut. Kalimat yang dipergunakan, misalnya :
1) ”Saya sejalan dengan pemikiran ....”
2) ”Saya sependapat dengan ....”
3) ”Mencermati keadaan yang masih labil ini sudah sepantasnya kita ... sebagaimana pendapat Saudara, dan yang lebih penting, semua itu diikuti oleh ....”
Sedangkan untuk menyampaikan kritik, kendatipun berisi ketidaksetujuan, kalimat yang diucapkan harus tetap bernada sopan dan tetap menjaga sikap ilmiah. Kalimat yang digunakan misalnya :
1) ”Saya tidak sependapat dengan ....”
2) ”Menurut hemat saya penyelesaian masalah tersebut tidak tepat. Akan lebih baik jika ....”
3) ”Terlalu berlebihan jika .... Menurut pendapat saya ....”
4) Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan.

7. Memberikan Dukungan terhadap isi artikel
Memberikan persetujuan tidak jauh berbeda dengan memberikan kritikan. Bedanya, dalam memberikan kritikan, kita lebih menonjolkan kekurangan dan memberikan jalan keluar sedangkan memberikan persetujuan lebih menonjolkan kelebihan sehingga kita setuju atau memperkuat isi artikel tersebut. Tentu saja keduanya harus disertai dengan argumen atau alasan yang kuat dan logis. dalam memberikan kritik kita menjelaskan alasan mengapa hal tersebut dianggap kurang. Sedangkan dalam memberikan dukungan, kita harus menjelaskan alasan mengapa kita mendukung. Paham? Saya yakin Anda paham terhadap maksud saya. 
Kalau dalam memberikan kritik, biasanya menggunakan kata kunci saya kurang sependapat terhadap ... karena ... . Dalam memberikan dukungan biasanya menggunakan kata kunci saya setuju atau sependapat dengan ... karena ...Misalnya, Saya sependapat dengan penulis bahwa mengurangi subsidi BBM merupakan salah satu jalan terbaik untuk dapat mengurangi utang negara karena selama ini uang yang digunakan untuk subsidi BBM berasal dari pinjaman luar negeri. 
Memberikan dukungan atau persetujuan terhadap suatu masalah artinya kita ikut serta memberikan kekuatan dan membenarkan isi masalah tersebut. Memberikan dukungan harus disertai dengan argumen atau alasan yang kuat dan logis dan dalam bahasa yang mudah dipahami pembaca/pendengar. Kata kunci yang biasa digunakan untuk memberikan dukungan/persetujuan adalah frase saya sependapat atau saya setuju dengan ... karena ...

D. Kerangka Berpikir 
Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa suatu penelitian yang mengandung hubugan antara variabel bebas dan variabel terikat serta dugaan sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka berpikirnya dapat digambarkan pada bagan di bawah ini: 
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir


Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa metode debat aktif sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa materi artikel dalam media cetak atau internet adalah variabel terikat. Dugaan sementara terhadap hubungan kedua variabel tersebut dapat dirumuskan kedalam dua hipotesis, yaitu hipotesis alternatif yang berbunyi Terdapat Hubungan penerapan metode debat aktif dengan hasil belajar siswa materi artikel dalam media cetak atau internet dan hipotesis nol yang berbunyi Terdapat Hubungan penerapan metode debat aktif dengan hasil belajar siswa materi artikel dalam media cetak atau internet. Untuk menjawab dugaan sementara tersebut baru bisa dilakukan setelah dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan perhitungan korelasi product moment, dengan asumsi apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka, Ha diterima dan Ho ditolak dan sebaliknya apabila r hitung lebih rendah dari r tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. 

E. Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis diperlukan dalam penelitian yaitu untuk memberikan asumsi atau jawaban bersifat sementara terhadap masalah yang dimunculkan dalam penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011:99) yang menggemukakan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penenlitian”. Pendapat serupa dikatakan oleh Darmadi (2011:43) adalah “penjelasan sementara untuk tingkah laku, kejadian, yang sudah atau akan terjadi”. Kemudian hipotesis menurut Arikunto (2010:110) “Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah yang sifatnya msih praduga karena harus dibuktikan terlebih dahulu. Jawaban sementara atau hipotesis dibutuhkan pada suatu rumusan masalah yang disajikan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang dimaksud adalah:
1. Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis nol (H0) seperti diungkap oleh Darmadi (2011:78) “Merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel yang menjadi interes/menarik si peneliti”. Zuldafrial (2012:12) yang mengemukakan bahwa hipotesis nihil atau nol yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif”. 
Dengan demikian maka, hipotesis nol (H0) dalam penelitian ini adalah dugaan sementara yang bermaksud untuk menyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Maka hipotesis nol dalam penelitian ini berbunyi: "Tidak Terdapat hubungan penerapan metode debat aktif dengan hasil belajar siswa Materi Artikel dalam Media Cetak atau Internet di kelas X SMA Negeri 1 Paloh Kabupaten Sambas ".
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif (Ha), seperti pendapat Darmadi (2011:79) Ddiposisikan sebagai bentuk batasan ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari hasil kajian teoritis. Dapat digunakan untuk menempatkan bentuk pernyataan lain selain hipotesis nihil”. Zuldafrial (2012:12) yang mengemukakan bahwa hipotesis alternatif atau yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat positif”.
Hipotesis alternatif dalam penelitian ini merupakan dugaan terhadap hasil penelitian yang dibuktikan dengan adanya kesimpulan setelah melakukan penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Hipotesis alternatif dalam penelitian ini berbunyi: "Terdapat hubungan penerapan metode debat aktif dengan hasil belajar siswa Materi Artikel dalam Media Cetak atau Internet di kelas X SMA Negeri 1 Paloh Kabupaten Sambas ".

F. Penelitian Relevan
Penelitian relevan dengan judul penelitian Hubungan Penerapan Metode Debat Aktif dengan Hasil Belajar Siswa Materi Artikel dalam Media Cetak atau Internet di kelas X SMA Negeri 1 Paloh Kabupaten Sambas, yaitu:
1. Rohmatul Hidayah (2009) Hubungan Antara Metode Debat Aktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tasbih Dipondok Pesantren Sabilil Muttaqin Lo Ceret Nganjuk. Hasil perhitungan dan pengolahan data diketahui bahwa rhitung yaitu 0,463 dan rtabel 0,22. rhitung lebih besar dari rtabel (0,463 > 0,227). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara penggunaan metode debat aktif dengan hasil belajar siswa.
2. Julyadi Listanto Labedikara (2014) Hubungan Antara Penerapan Metode Debat Aktif dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri  1 Toho Kabupaten Mempawah. Hasil penelitiannya diketahui bahwa rhitung sebesar 0,8177 dan rtabel 0,363. Rhitung>Rtabel Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitiannya adalah terdapat Hubungan Antara Penerapan Metode Debat Aktif dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Toho Kabupaten Mempawah.
Kedua penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka dari itu dapat peneliti simpulan sementara bahwa penelitian ini terdapat Hubungan Penerapan Metode Debat Aktif dengan Hasil Belajar Siswa Materi Artikel dalam Media Cetak atau Internet di kelas X SMA Negeri 1 Paloh Kabupaten Sambas.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 

                   . (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Dananjaya, U. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Djiwandono, S. E. W. (2006). Psikologi Sosial. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Emanuel J. M. (2003). The New Direction in Educational Research: Alternate Variables. Phi Delta Kappan.

Hamdani. 2010. Stategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Iskandar. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Referensi.

Jakni. (2016). Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jihad, A. dan Haris, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Nawawi, H. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Gajahmada University Press.

Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajara.

Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Silberman. L. M. (2013). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Subana dan Sudrajat, (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Sudjana, N. (2008). Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya.
                    . (2016). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2012). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Suryabrata, S (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Zuldafrial. (2009). Penelitian Kuantitatif. Pontianak: STAIN Pontianak Pres.

Zuldafrial. (2012). Penelitian Kuantitatif. Pontianak: STAIN Pontianak Pres.

METODE DEBAT AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ARTIKEL DALAM MEDIA CETAK ATAU INTERNET METODE DEBAT AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI ARTIKEL DALAM MEDIA CETAK ATAU INTERNET Reviewed by PENDIDIKAN POPULER on 09:42 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.