METODE KERJA KELOMPOK
METODE KERJA KELOMPOK
1. Pengertian Metode kerja kelompok
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya (2005: 63) mengemukakan bahwa “Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan”. Modjiono (2014 : 61) mengemukakan metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatpan kepada aianteraksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelopk guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Robert L. Cilstrap (dalam Roestiyah N.K (2015 : 15) menyatakan bahwa akerja kelompok meruakan suatu kegiatan kelompok siswa yang baiasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok merupakan Tugas-tugas itu dikerjakan dalam kelompok secara bergotong royong. Suatu kelas dapat dipandang sebagai suatu kesatuan kelompok tersendiri, dapat pula dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok yang kemudian dapat dibagi pula menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi, semua pembagian kelompok itu amat bergantung dari tujuan dan kepentingannya.
2. Kewajaran Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok wajar digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Memupuk dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan kelompok, melatih kepemimpinan, mengembangkan rasa setia kawan dan sikap tolong menolong.
b. Memberi peluang untuk berinisiatif dan mewujudkan diri, secara positif dengan membuat perencanaan dan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan bersama.
c. Mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan keperibadian peserta didik kedalam hidup kebersamaan dalam masyarakat.
d. Bila kekurangan alat pelajaran (fasilitas dalam kelas, umpamanya dalam satu kelas hanya terdapat beberapa buah buku saja, sedangkan kelas terdiri dari anak-anak yang cukup banyak.
e. Untuk melaksanakan tugas tersebut harus dibagi dalam beberapa kelompok, sehingga masing-masing kelompok dapat memperoleh sebuah buku.
f. Bila kemampuan individual anak-anak berbeda-beda dalam hal ini peserta didik dapat bekerja sama antara yang pandai dengan yang kurang pandai begitupun pula antara peserta didik yang setaraf kepandaiannya.
g. apabila minat individual diantara peserta didik berbeda-beda, misalnya dalam olahraga ada yang gemar senam atletik atau permainan lain.
h. bila terdapat beberapa unit pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam waktu yang sama atau bila sebuah tugas pekerjaan lebih tepat untuk diperinci, maka kelas dapat dibagi dalam bebrapa kelompok menurut jenis kebutuhan dan masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap tugas khusus tersebut. (Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, 2005: 63)
3. Dasar-Dasar Pengelompokan Peserta Didik
Dasar-dasar pembentukan kelompok menurut Nana Sudjana (2002:82) mengemukakan bahwa “Kelompok dibuat berdasarkan a) perbedaan individual dalam kemampuan belajar, b) perbedaan minat belajar, c) pengelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan, d) pengelompokkan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, e) pengelompokkan secara random atau dilotre, f) pengelompokkan atas dasar jenis kelamin”. Pengelompokan peserta didik secara wajar dapat didasarkan kepada:
a. Perbedaan individual
Terdapat dua jenis perbedaan individual yang dapat dipakai untuk pengelompolan, yaitu:
1) Perbedaan dalam kemampuan belajar, seperti kelompok pandai, sedang, dan kurang , masing-masing menjadi satu kelompok.
2) Perbedaan dalam mempelajari minat sesuatu, seperti kelompok yang berminat terhadap bahasa, agama, matematika, dan sebagainya, masing-masing menjadi satu kelompok.
b. Fasilitas belajar
Pada umumnya fasilitas belajar yang minim membuat peserta didik terpaksa dikelompok-kelompokan untuk dapat memperoleh kesempatan yang merata dalam memakai fasilitas yang dimaksud, seperti penggunaan laboratorium dan alat-alatnya.
c. Pembagiaan pekerjaan
Jika pekerjaan kelas “besar” sehingga perlu dibagi-bagi menjadi bagian-bagian tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok-kelompok, dengan demikian tugas kelas itu diringankan oleh adanya pembagian tugas-tugas khusus.
d. Peningkatan partisipasi peserta didik
Bilamana dalam waktu yang relatif singkat dikehendaki keikutsertaan peserta didik secara penuh, maka kelas dapat dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil, sehingga setiap anggota dari kelompok itu dapat berpartisipasi.
e. Perbedaan jenis kelamin.
Terutama digunakan terhadap materi-materi yang sebaiknya hanya dibicarakan/diselesaikan oleh/ dalam linhkungan pria atau wanita saja.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Kerja Kelompok
Terdapat berbagai faktor yang turut menentukan keberhasilan kerja kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, 2005: 63), antara lain:
Terdapat berbagai faktor yang turut menentukan keberhasilan kerja kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, 2005: 63), antara lain:
a. Kecerdasan individual, yaitu semakin terdapat anggota kelompok yang cerdas akan semakin baik hasil kerja kelompok dan sebaliknya.
b. Keakraban kelompok terhadap bidang masalah yang dihadapi maupun terhadap cara-cara kerja sama dalam kelompok.
c. Harmonis tidaknya atau keserasian hubungan emosional dan hubungan antarpribadi dalam kelompok.
d. Ada tidaknya semangat dan kegairahan kerja dalam kelompok.
e. Berat ringannya atau sukar tidaknya tugas-tugas yang dihadapi oleh kelompok.
f. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok dan kemampuan pemimpin kelompok untuk menciptakan suatu struktur kerja kerja kelompok yang baik dan memadai.
5. Langkah-Langkah Metode Kerja Kelompok
Langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh (Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, 2005: 63), yaitu
a. Menjelaskan tugas kepada siswa
b. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok
c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok
d. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut
e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan
f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok
Selaian itu Aswan Zain (2010: 123) mengemukan langkah-langkah metode kerja kelompok yaitu membentuk kelompok, pemberian tugas-tugas pada kelompok, masing-masing kelompok mengerjakan tugasnya, dan guru bersama siswa melakukan penilaian. Keempat komponen tersebut dapat dijelaskan seperti di bawah ini:
a. Membentuk kelompok.
Pendidik atau peserta didik, atau pendidik bersama peserta didik membentuk kelompok-kelompok belajar. Berapa jumlah kelompok dan berapa jumlah anggota setiap kelompok disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Pada kesempatan ini pendidik menjelaskan tujuan, kebutuhan dan gambaran mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan oleh kelompok, sehingga peserta didik menyadari mengapa dan untuk apa dibentuk kelompok.
b. Pemberian tugas-tugas pada kelompok.
Pendidik membrikan tugas-tugas kepada peserta didik menurut kelompoknya masing-masing. Pada kesempatan ini pendidik memberikan petunjuk-petunjuk mengenai pelaksanaan tugas dan berbagai aspek kegiatan yang mungkin dilakukan oleh setiap kelompok dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompok sebagai suatu kesatuan.
c. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugasnya.
Peserta didik-peserta didik bekerja sama secara gotong royong menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Pendidik mengawasi, mengarahkan atau mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran kerja kelompok.
d. Guru bersamaan peserta didik melakukan penilaian, bukan saja terhadap hasil kerja yang dicapai kelompok, melainkan juga terhadap cara bekerja sama dan aspek-aspek lain sesuai dengan tujuannya dan meliputi penilaian secara individual, kelompok, maupun kelas sebagai suatu kesatuan.
6. Bentuk-Bentuk Kerja Kelompok
a. kelompok jangka pendek.
Disebut juga rapat kilat. Biasanya kelompok jangka pendek hanya memakan waktu, kurang lebih 15 menit, misalnya: ketika seorang pendidik sedang menerangkan suatu pekerjaan, tiba-tiba ada suatu masalah yang harus dipecahkan. Pendidik membagi peserta didik atas beberapa kelompok untuk memecahkan masalah tersebut dalam waktu yang ditentukan.
Selama rapat kilat, menurut Muedjiono (2014: 57) pendidik harus berkeliling untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Apakah peserta didik tetap pad persoalan semula
2) Kalau ada yang keluar dari persoalan harus diselidiki sebab-sebabnya
3) Apakah peserta didik memiliki ketua kelompok dan seorang pencatat
4) Apakah setiap peserta didik menyetujui yang demikian
5) Apakah ada peserta didik yang selalu menguasai pembicaraan
6) Apakah ada saling harga menghargai untuk setiappendapat.
b. kelompok jangka panjang
Yaitu kerja kelompok yang memakan waktu yang lama, sesuai dengan tugas-tugas yang akan dibahas dan masalah yang akan diselesaikan. Kelompok jangka panjang tersebut bertujuan:
1) Memecahkan masalah yang betul-betul terjadi dalam kehidupan masyarakat, misalnya: kenakalan remaja, penyakit menular, keluarga berencana, k.3 dan lain-lain.
2) Untuk menanamkan pada siswa agar berbakti kepada masyarakat.
3) Menambah pengalaman peserta didik untuk memahami leadership. Peserta didik akan ditugaskan untuk membuat rencana menyelesaiakan suatu masalah secara bersama membagi tugas dalam pekerjaan dan sebagainya.
c. kerja kelompok campuran.
Ini dapat dilaksanakan dengan membagi peserta didik dalam kelompok sesuai dengan kesanggupannya. Dalam suatu kelas selalu terdapat perbedaan dalam tingkatan kepandaian peserta didik, sehingga menyulitkan untuk memberikan tugas yang sama untuk itu haruslah pendidik membagi peserta didik sesuai dengan kemampuannya. Supaya kerja kelompok kelompok campuran berjalan dengan baik pendidik harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
1) menyediakan tugas sesuai dengan kemampuan peserta didik.
2) Tugas itu harus disusun dengan baik sesiuai dengan kemampuan, supaya dapat diselesaikan oleh setiap kelompok.
3) Pendidik harus memberikan petunjuk kepada anggota kelompok dimana diperlukan dan dibutuhkan.
7. Kewajiban Pemimpin Kelompok
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya (2005: 63) mengemukakan bahwa Pemimpin kelompok harus mengembangkan struktur kerja kelompok berikut:
a. Memberikan hubungan dan pengertian yang jelas mengenai tujuan-tujuan dan kemajuan setiap bagian. Setiap anggota dapat memahami apa dan mengapa anggota lain berbuat suatu perbuatan tertentu.
b. Memberikan pertolongan kepada setiap bagian kelompok untuk memecahkan masalah/ kesulitan yang dihadapinya.
c. Melakukan pembagian kerja-tugas yang jujur kepada setiap anggota sehingga terbagi secara merata dan adil.
d. Memberikan tugas-tugas secara efisien sehingga anggota yang mempunyai kecakapan/kemampuan lebih besar untuk tugas akan dipercayakan untuk melaksanakan tugas yang bersangkutan. Kecuali jika dimaksud untuk mendidik anggota dengan tugas-tugas baru, maka unsur efisiensi langsung dapat dikesampingkan.
e. Mendidik anggota dengan tugas-tugas baru. Dalam hal ini memang senantiasa diperlukan, hanya saja patut diperhatikan kemungkinan timbulnya kekecewaan-kekecewaan (frustasi) dalam memecahkan masalah pada anggota-anggota tersebut itu. Pemimpin kelompok harus menjaga agar kekecewaan-kekecewaan itu tidak membuat para anggota yang bersangkutan:
1) Menjauhkan diri dari masalah yang dihadapinya.
2) Mengalami kegoncangan emosi sedemikian rupa, sehingga semakin membenci pekerjaannya atau kelompoknya.
3) Menjadi antagonistrik (menimbulkan pertentangan batin) terhadap sesama anggota, sehingga ia memutuskan lebih baik bekerja sendiri atau tidak mengerjakan sesuatu sama sekali.
8. Kewajiban Anggota Kelompok
Agar kerja kelompok mencapai tujuan maka setiap anggota kelompok punya kewajiban seperti yang dikemukakan oleh Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya (2005: 63), yaitu:
a. Mengemudikan usaha tanpa bantuan dari pendidik.
Setiap petugas baik secara bersama maupun secaara perseorangan punya tanggungjawab untuk mengemudikan usaha dalam kelompoknya tanpa ada bantuan dari siapapun.
b. Selalu memusatkan perhatian kepada tujuan yang akan dicapai. Setiap anggota kelompok baik secara perseorangan maupun secara bersama harus selalu memusatkan perhatian kepad tujuan yang ingin dicapai. Hal ini berguna supaya jangan terjadi penyimpangan-penyimpangan dari tujuan. Kalau, terjadi hal yang demikian maka setiap anggota berusaha supaya meluruskan jalan kembali..
c. Masing-masing anggota harus melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Apabila anggota kerja kelompok sudah bekerja dengan sungguh-sungguh maka tujuan yang akan dicapai oleh kelompok akan tercapai. Tetapi apabila salah satu anggota kelompok tidak melaksanakan tugasnya atau hanya setengah-setengah maka pencapaian tujuan akan mengalami kegagalan sama sekali.
d. Masing-masing anggota kelompok dapat bekerja sama dengan kelompok lain. Kerja sama ini sangat penting sekali sebb dengan kerja sama akan memudahkan pelaksanaan tugas. Sebab dalam kerja sama anggota kelompok akan dapat bertukar fikiran, bantu membantu dan lain sebagainya.
e. Melaporkan kemajuan yang dicapai dalam ikatan kelompok. Setiap anggota kelompok punya rasa tanggung jawab yang besar atas hasil yang dicapai oleh kelompok. Semua kemajuan-kemajuan yang dicapai itu oleh kelompok dilaporkan secara lisan, tulisan, kepada pendidik atau berupa hasil pekerjaan dan sebagainya.
9. Variabel-Variabel Yang Menentukan Terhadap Hasil Kerja Kelompok
Nana Sudjana (2012: 56), varibael yang menentukan hasil kerja kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kecerdasan setiap anggota kelompok dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan secara efisien.
b. Sifat-sifat kepribadian setiap anggota kelompok terutama dalam hubungan dengan orang lain.
c. Lapangan masalah yang menjadi perhatian kelompok merupakan hal yang sudah dikenal.
d. Pemahaman terhadap kerja kelompok
e. Struktur tugas yang dilaksanakan oleh pemimpin kelompok
f. Motivasi kelompok
g. Besarnya kelompok
h. Sukarnya tugas yang dihadapi
i. Persiapan diluar kelompok dengan anggota dalam kelompok
10. Keuntungan-Keuntungan Kerja Kelompok
Keuntungan kerja kelompok menurut Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya (2005: 63) adalah:
a. Ditinjau dari pedagogis; kegiatan kelompok akan mendapatkan kualitas kepribadian peserta didik seperti: adanya kerja sama, toleransi, berfikir kritis, disiplin dan sebagainya.
b. Ditinjau dari segi psikologo; timbul persaingan yang positif antara kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok.
c. Ditinjau dari segi sosial; anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.
d. Ditinjau dari segi ajaran islam; saling membantu sesama termasuk ibadah.
11. Kelemahan-Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Kelemahan metode kerja kelompok menurut Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya (2005: 63) adalah:
a. Kadang-kadang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat sesama peserta didik yang ada dalam kelompok
b. Tugas pendidik akan menjadi lebih banyak dan beragam.
c. Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir peserta didik yang cakap dan rajin, sedangkan peserta didik yang malas menyerahkan tugas-tugas kepada temannya dalam kelompok tersebut.
Sumber:
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Hamdani. (2010). Stategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Rusman. (2010). Model-Metode pembelajaran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
METODE KERJA KELOMPOK
Reviewed by PENDIDIKAN POPULER
on
03:09
Rating:
No comments: